Pages

Selasa, 25 September 2012

TK Kapok Koalisi dengan Gerindra

Tuesday, 25 September 2012 ImageJAKARTA– Kemesraan PDIP dan Partai Gerindra yang terbangun pada Pilkada DKI Jakarta dengan bersama-sama mengusung Joko Widodo (Jokowi)- Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) hanya seumur jagung.

Partai berlambang banteng itu merasa kapok berkoalisi dengan Gerindra. Trauma PDIP diungkapkan politikus senior PDIP, Taufiq Kiemas. Ungkapan kekesalan suami Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri ini muncul terkait fakta bahwa popularitas Jokowi dalam pilkada DKI telah ditunggangi untuk kepentingan pemilihan presiden (pilpres). “Kalau kami berpikirsepertiitudibilangkami sakit hati. Jadi kami berterima kasih kepada Saiful Mujani dan banyak pengamat yang ngomong begitu.

Saya rasa kapok juga (PDIP),”kata Taufiq di Gedung MPR/DPR,Jakarta,kemarin. Pernyataan TK—demikian Taufiq biasa disapa—itu merespons hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Charta Politika. Mereka menemukan kemenangan pasangan Jokowi- Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta lebih menguntungkan bagi Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto ketimbang Megawati.

Bahkan,survei exit poll yang digelar SMRC bekerja sama MNC Media menunjukkan Prabowo dijagokan sebagian besar masyarakat Ibu Kota yang memberikan suaranya dalam Pilkada DKI.Seperti diberitakan, elektabilitas Prabowo mencapai 19,1%,disusulMegawatidengan keterpilihan 10,1%. Ketua MPR ini mengakui, internal PDIP juga sebenarnya merasakan betul soal siapa yang diuntungkan dari popularitas Jokowi, yakni Prabowo.

Karena itu,menurut politikus kawakan ini PDIP tak cukup hanya marah-marah. PDIP harus bisa menunjukkan kemandirian politik sebagai partai besar yang tentu tidak akan mengalami kesulitan untuk mengusung kader muda pada 2014, tidak malah larut dengan opini yang menggiring seolah memang PDIP akan meneruskan koalisi dengan Gerindra pada Pilpres 2014. “Kami punya pikiran seperti itu.Tapi kalau kita yang ngomong, seperti anak kecil. Kalau kita ngomong (Jokowi- Basuki) ditunggangi, kan kami yang malu.

Kalau bodoh, ya bodoh saja, jangan marahmarah. Untung Saiful Mujani ngomong (bahwa yang diuntungkan dari popularitas Jokowi adalah Prabowo).Jadi, bahagia juga kita ini,” ujarnya. Belajar dari Pilkada DKI, TK semakin yakin kelak pada Pilpres 2014 Megawati menjadi king maker untuk mengusung kader terbaiknya. Hal itu akan bisa mengejutkan sebagaimana yang terjadi pada Jokowi.

”Jika di (Pilkada) DKI PDIP sudah sukses mendorong dan mewujudkan perubahan dalam kepemimpinan, maka akan menjadi langkah yang mundur jika di Pilpres 2014 nanti malah mengusung tokoh lama,”katanya. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon yakin pernyataan Taufiq Kiemas tidak bermaksud untuk memberikan sinyal retaknya koalisi Gerindra- PDIP.Menurut dia, kemenangan pasangan Jokowi- Ahok tidak hanya menguntungkan Partai Gerindra, tapi PDIP, apalagi Jokowi kader PDIP.

"Gerindra dan PDIP samasama diuntungkan karena mendukung calon yang prorakyat dan dianggap bisa membawa perubahan," katanya kepada wartawan di Jakarta kemarin. Dia menampik nama Prabowo terdongkrak oleh kemenangan pasangan yang membawa moto Jakarta Baru itu. Fadli Zon menandaskan, elektabilitas mantan Danjen Kopassus itu sudah melejit sebelum Pilkada DKI Jakarta digelar."Elektabilitas Pak Prabowo selama ini cukup tinggi, ada atau tak ada Pilkada DKI," kilahnya.

Pengamat politik dari UGM,Kuskrido Ambardi, menilai efek positif yang didapatkan oleh Prabowo dari popularitas Jokowi karena memang publik melihat Prabowo menjadi endorser (penyokong) utama pencalonan Jokowi pada Pilkada DKI selain Mega. Apalagi Prabowo kemudian tampil juga dalam iklan untuk memenangkan Jokowi. Hal itulah yang menjelaskan bahwa pemilih Jokowi itu bisa jadi akan menjadi pemilih Prabowo—karena yang bersangkutan akan maju di pilpres.

Sebaliknya, PDIP kurang bisa memanfaatkan citra positif Jokowi sebagai kader PDIP adalah representasi wajah partai. Kalau kemudian ditarik ke Pilpres 2014 dan PDIP punya pandangan untuk tidak berkoalisi dengan Gerindra,hal itu bisa saja terjadi. “Itu tergantung bagaimana PDIP mampu mengomunikasikan posisi Jokowi dan bagaimana mencitrakan itu sebagai wajah partai,”ujarnya.

Persaingan 2014 Mulai Ketat

Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDIP Achmad Basarah menilai persaingan antarpartai untuk mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat pada pemilu 2014 memang semakin ketat. Dia berterus terang, partainya berkepentingan untuk menjadikan setiap agenda politik, termasuk dalam Pilkada DKI, berefek positif terhadap elektabilitas. Mengenai apa yang dilaporkan lembaga survei bahwa efek kemenangan Jokowi lebih banyak menguntungkan Gerindra dan Prabowo sudah diprediksi sebelumnya oleh Basarah.

“Kami menangkap kesan, politik pencitraan yang dibangun Gerindra sebagai parpol yang identik ideologi perjuangannya dengan PDIP, dan Prabowo dikesankan sebagai Capres 2014 yang akan didukung oleh PDIP. Posisi itu yang membuat penilaian dan dukungan positif publik terhadap PDIP beralih ke Gerindra, termasuk terhadap Prabowo yang sedang membangun citra sebagai calon presiden alternatif,”katanya.

Sekretaris Fraksi Partai Gerindra Edhy Prabowo mengakui bahwa Gerindra dan Prabowo memang mendapatkan efek positif dari Pilkada DKI. Namun, hal itu tidak lantas dikaitkan dengan kepentingan Pilpres 2014. Apalagi jika kalkulasinya hanya berdasarkan untung dan rugi. “Kami masih memiliki banyak kesamaan dengan PDIP. Sangat disayangkan kalau menilainya dari untung dan tidak untung,”keluhnya. rahmat sahid            

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar