Pages

Rabu, 19 September 2012

Presiden: Jaga Keamanan Ibu Kota

Wednesday, 19 September 2012 ImageJAKARTA– Pertarungan dua pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur (cagub-cawagub) dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012 sangat keras dan ketat.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengimbau pasangan cagub-cawagub berkomitmen menjaga keamanan Ibu Kota yang menjadi barometer Indonesia.

”Dengan demikian, demokrasi di Tanah Air semakin hidup dan matang, serta tidak merusak sendi-sendi kehidupan bangsa yang harus terjaga keamanan dan ketenteramannya,” kata Presiden saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Kepresidenan, Jakarta, kemarin. Pelaksanaan Pilkada DKI menjadi perhatian serius Presiden. Sidang kabinet paripurna yang digelar kemarin,selain membahas persoalan politik, hukum, dan keamanan, juga secara spesifik membahas Pilkada DKI Jakarta.

Usai memberikan arahan, Presiden dan seluruh jajaran menteri Kabinet Indonesia Bersatu II mendengarkan penjelasan dari Menkopolhukam Djoko Suyanto tentang kondisi keamanan secara menyeluruh menjelangPilkadaDKIJakarta. Presiden mengaku bahwa dirinya mengikuti perkembangan situasi menjelang Pilkada DKI, dan melihat kompetisi sangat keras dan ketat. Karena itu, dia mengajak semua pihak memastikan seluruh proses pemilihan dan situasi keamanan Jakarta tetap terjaga. Dia berharap ekses negatif pilkada seperti kekerasan, perusakan, dan sebagainya tidak terjadi di Jakarta.

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu kemudian menandaskan, walaupun dia memberikan atensi terkait Pilkada DKI,pemerintah tidak akan memasuki wilayah politik praktisnya. ”Kita serahkan kepada masyarakat DKI Jakarta untuk memilih pemimpin yang dianggap tepat oleh mereka secara tepat, demokratis, fair, tanpa sesuatu yang mengganggu pemilihan gubernur itu sendiri,” ucap mantan menkopolkam ini. Menkopolhukkam Djoko Suyanto mengimbau masyarakat agar senantiasa mencermati berbagai isu yang timbul menjelang pilkada.

Kepada dua pasangan calon, mantan Panglima TNI ini mengimbau agar mereka bisa mengendalikan tim sukses masing-masing sehingga tidak terjadi kerusuhan atau konflik. ”Tidak usah terhanyut dan terprovokasi berbuat kerusuhan dan berbuat kerusakan terhadap satu yang lain. Karena itu, deklarasi siap kalah dan siap menang harus diikuti pula oleh tim suksesnya,”ungkap Djoko.

Kepada aparat keamanan dan kepolisian, dia meminta agar harus terus mengantisipasi wilayahnya masingmasing dan bekerja sama dengan pemerintah daerah.Presiden SBY, lanjut Djoko, telah menginstruksikan aparat TNI dan Polri untuk bertindak netral dalam pilkada ini. ”Kalau ada tim-tim sukses kedua calon mendekati dengan aktif, jangan direspons sehingga TNI/Polri harus netral. Kalau ada purnawirawan, silakan saja karena memang dia berhak untuk memilih,”katanya.

Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menyebut Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung secara damai dan demokratis jika kedua pasangan punya kemampuan menerima kekalahan. Untuk itu, semua pihak baik pemilih dan calon yang akan dipilih harus siap menerima apa pun hasil pilkada. ”Semua pihak harus bisa menerima hasil apa pun itu,”ungkap Anies di Jakarta. Harapan agar pelaksanaan pilkada bisa berjalan damai tidak terlepas dari kondisi yang terasakianmemanas.BaikFauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke- Nara) maupun Joko Widodo- Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) beserta para tim sukses masing-masing saling serang satu sama lain.

Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena survei yang digelar sejumlah lembaga mengindikasikan perolehan suara mereka akan berbeda tipis. Terbaru, survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilis kemarin juga kesulitan memastikan apakah Foke- Nara atau Jokowi-Ahok yang akan tampil sebagai pemenang pilkada. Direktur Riset LSI Arman Salam mengatakan, survei LSI pada putaran kedua ini sangat sulit diprediksi lantaran kedua pasangan calon sama-sama memiliki keunggulan dan kelemahan di masing-masing kategori survei yang dilakukan.

”Contohnya pada kategori kesukuan pasangan Foke-Nara unggul pada segmen Betawi dan Sunda, namun Jokowi- Basuki membalikkan keadaan di segmen Jawa dan China,” ungkap Arman di Jakarta. Dia menjelaskan, pemilih muda, pendidikan, dan pendapatan tinggi cenderung memilih pasangan Jokowi-Basuki,sementara pemilih tua, pen-dapatan bawah dan menengah, serta pendidikan rendah dominan memilih Foke-Nara. Adapun peran dari partai pengusung dan pendukung pasangan calon juga sangat berimbang.

”Sudah pasti Jokowi didukung penuh oleh PDIP hingga 74,2%, sedangkan pasangan Foke-Nara mendapat dukungan signifikan dari pendukung PKS dan PPP. Sementara Golkar malah imbang dalam mendukung kedua pasangan tersebut,”lanjutnya. ilham safutra/ rarasati syarief/dian ramdhani/andi setiawan

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar