Pages

Sabtu, 22 September 2012

Foke-Jokowi Contoh Baik Berdemokrasi

Calon gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menumpang becak bersama seorang warga menuju rumah dinas wali kota Solo di Loji Gandrung, Solo, kemarin, dengan diarak puluhan pendukungnya. Sehari setelah pemungutan suara putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, Jokowi memilih beristirahat di kampung halaman.

JAKARTA– Para tokoh nasional memuji pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2012. Sikap Fauzi Bowo yang menerima kekalahan dan respons Joko Widodo yang meminta maaf merupakan contoh kedewasaan berdemokrasi.

“Terlepas siapa yang menang dan kalah, Pilkada DKI Jakarta berakhir sangat baik.Saat kampanye dan tahapan-tahapan pilkada ramai hiruk-pikuk pertarungan dua kandidat, tetapi setelah hasil akhir diketahui,semua menerima dan saling menghargai,” ujar tokoh Muhammadiyah Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif di Jakarta kemarin. Para kandidat dinilai tak hanya siap menang dan siap kalah, tetapi lebih maju lagi, yakni mampu menunjukkan kesiapan itu dalam bentuk tindakan nyata.

Sikap incumbent Fauzi Bowo yang menerima hasil hitung cepat (quick count) pilkada patut diapresiasi. “Semoga saja cara menerima hasil di Pilkada DKI ini bisa ditiru daerah lain,”ungkapnya. Seperti diberitakan,pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur (cagub-cawagub) Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) dipastikan menjadi pemimpin baru Ibu Kota. Hasil quick count yang dilansir sejumlah lembaga survei menunjukkan perolehan suara Jokowi-Ahok unggul lebih dari 5% atas pesaingnya,incumbent Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara).

Yang menarik, ketika quick count yang digelar sejumlah lembagasurveimendekati90%, Foke menelepon Jokowi dan memberikanucapanselamat. Dia berpesan agar Jokowi dapat menjaga amanah yang telah diberikan rakyat Jakarta. Ucapan selamat Foke ini langsung dijawab Jokowi dengan menyampaikan permintaan maaf. Selain itu, Jokowi juga meminta Foke agar membantu dirinya dalam memimpin Jakarta ke depan. Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi menilai sikap kesatria yang ditunjukkan Foke sangat bagus.

Sikap ini tak hanya menunjukkan kedewasaan berpolitik Foke, melainkan juga mampu membuat massa pendukung dan tim suksesnya lebih tenang dan berbesar hati menerima kekalahan. “Sikap saling menghormati semacam ini adalah budaya sejati yang memang sudah dimiliki bangsa Indonesia,” terangnya. Hasyim mengingatkan, demokrasi yang diejawantahkan dalam pilkada sejatinya hanyalah proses.

Dalam proses ini perlu ada kematangan dan kedewasaan masyarakat sebagai pemilik hajat demokrasi serta para kandidat dan tim sukses yang menjadi pemain dalam demokrasi itu. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat mengatakan,Pilkada DKI yang berakhir dengan damai dan rukun tentunya patut dibanggakan. Sebab hal ini menunjukkan bahwa kematangan berdemokrasi di Indonesia memang sudah meningkat. Bahkan dunia akan menyaksikan perjalanan demokrasi di Indonesia semakin maju lantaran Pilkada DKI merupakan barometer demokrasi di Indonesia.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto juga mengapresiasi kedua pasangan kandidat. Dia mengaku salut kepada pasangan Foke-Nara yang dengan tulus telah memberikan teladan dalam menyikapi hasil pilkada. “Kami juga mengucapkan selamat kepada Pak Jokowi dan Pak Basuki,”ujarnya. Pengamat politik dari Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (LSPEU) Indonesia Fachri Ali menilai sikap Foke dan Jokowi sangat elegan. Pihak yang kalah maupun yang menang seolah melupakan persaingan sengit yang berlangsung di antara keduanya selama tahapan pilkada.

“Sangat bagus dan dapat menjadi tontonan yang baik dan positif bagi para politikus lain dan masyarakat,”ujarnya. Fachri berpandangan,sikap kedua kandidat penting dilakukan guna meredam gesekangesekan yang pernah terjadi di antara keduanya.Langkah tersebut bisa mencegah konflik horizontal di antara pendukung kedua belah pihak.“Tentunya ini dapat menjadi model pelaksanaan pilkada yang aman, damai, tenang untuk daerah lain,”tuturnya.

Benahi Jakarta

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta Jokowi untuk serius membenahi Jakarta yang memiliki permasalahan kompleks. Presiden meminta Jokowi untuk tidak ragu mengambil keputusan penting selaku gubernur DKI Jakarta. “Kita tahu kompleksitas Jakarta sangat banyak. Dengan demikian bila Pak Jokowi menjadi gubernur DKI yang baru, maka harus maksimal dalam menjalankan tugasnya,” ujar Presiden SBY seperti disampaikan Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha.

Kepada SINDO Julian mengatakan, Presiden menghubungi Jokowi pada Kamis (20/9) malam setelah hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei memenangkan pasangan Jokowi-Ahok. Presiden menelepon Jokowi setelah menelepon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dari kediaman pribadinya, Puri Cikeas Bogor. ● mohammad sahlan/ fefy dwi haryanto/rarasati syarief/dian ramdhani

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar