Pages

Senin, 10 September 2012

Tenun Cantik yang Tercabik

Image

Warna indah dan motif yang cantik membuat tenun asal Sambas ini terlihat isti-mewa. Namun, keberadaan te-nun yang berciri khas motif pucuk rebung ini harus melewati fase sulit untuk kembali bersinar.


Tak mudah memang untuk mencapai daerah ini.Butuh waktu 6 hingga 7 jam dari Pontianak untuk sampai Dusun Semberang,Desa Sumber Harapan, Sambas,Kalimantan Barat.Dari Pontianak ke Sambas perjalanan bisa dilakukan dengan mobil.Jalan aspalnya cukup bagus,hanya saja tidak terlalu lebar. Nah,begitu dari Kota Sambas ke Desa Semberang, akses infrastruktur boleh dibilang kurang. Jalan rusak dan belum beraspal membuat orang me-milih naik perahu melewati sungai.

Dari Sambas perjalanan naik perahu biasanya dimulai dari sebuah dermaga kecil dekat Keraton Sambas.Menyusuri Sungai Sambas memang membawa pengalaman tersendiri.Pemandangan rumah panggung di bibir sungai, rumah terapung,hingga anakanak yang asyik mandi di sungai bisa menjadi hiburan tersendiri. Butuh waktu 30 menit untuk sampai di Dusun Semberang. Sebuah desa yang dikenal sebagai salah satu sentra tenun di Kalimantan Barat. Perjalanan yang panjang seolah terbayar saat mata dimanjakan beragam tenun khas Sambas yang cantik.

Tak seperti tenun di daerah lain, Sambas memiliki tenun yang lembut dengan corak yang cantik.Pantas saja desainer Didi Budiardjo rela datang jauh-jauh dari Jakarta untuk berburu kain tenun di sini.Sebab, tenun ikat di sini memang sangat cantik dan menarik. Di tangannya,kain tenun berhasil disulap menjadi rangkaian busana yang elegan dan trendi.Dan itu menjadi salah satu karya besarnya yang ditampilkan di gelaran Jakarta Fashion and Food Fashion (JFFF) yang dihelat di Kelapan Gading,Jakarta,beberapa waktu lalu.

”Pertama kali saya melihat songket Sambas,bagaikan mendengar alunan suara dari jalinan benang emas yang membentuk alunan motif.Pengaruh Hindu, China,Melayu,dan Arab membaur mewujudkan bentuk- bentuk yang dinamis dan agung,”ungkap desainer Didi Budiardjo sebelum pagelaran busana,JFFF,Hotel Haris, Kelapa Gading,Jakarta. Ya memang tenun ikat dari Sambas memiliki karakter tersendiri.Tenun Sambas memiliki warna-warna cerah cukup bera-gam,seperti warna merah manggis,oranye,warna paru (pink),hijau ,dan hitam.

Harga kain tenun Sambas bervariasi, bergantung pada kualitas bahan dan tingkat kesulitan motif tenunan. Tenunan berbahan poliester bisa didapat dengan rentang harga ratusan ribu rupiah. Namun,tenunan berbahan katun atau sutera harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Selain bahan benang,motif juga sangat memengaruhi harga tenun ini. Proses pembuatan tenun Sambas relatif sulit dan rumit. Untuk mempunyai keahlian menenun,seseorang membutuhkan waktu minimal dua tahun untuk belajar.

Keahlian menenun sangat berpengaruh terhadap hasil tenunan yang dihasilkan.Semakin mahir seseorang menenun, motif tenunan yang dibuat juga biasanya semakin rumit dan sulit.Semakin sulit dan rumit motif yang dibuat, semakin mahal harga tenunan yang dihasilkan. Waktu yang diperlukan untuk membuat satu lembar kain tenun relatif bervariasi. Selain faktor kemahiran penenunnya, lamanya waktu yang diperlukan bergantung pada motifnya.

Semakin sulit motifnya,semakin lama waktu yang diperlukan.Jika motifnya relatif sulit,dalam sebulan seorang penenun terkadang hanya mampu menghasilkan selembar kain.Tapi jika motifnya biasa,dapat diselesaikan dalam waktu dua minggu atau lebih cepat. Salah satu ciri khas tenun Sambas adalah motif pucuknya. Motif pucuk rebung berbentuk segi tiga,memanjang, dan lancip.Disebut pucuk rebung karena merupakan stilirisasi dari tunas bambu muda. Penggunaan pucuk rebung sebagai ciri khas tenun ini bukan sebuah kebetulan,tetapi memiliki makna yang luas dan mendalam.

Sedikitnya ada tiga makna dari penggunaan motif ini sebagai ciri khas. Pertama,sebagai pengingat agar orang-orang Sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh. Semangat terus tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif ini.Kedua,orang Sambas harus senantiasa berpikiran lurus,sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung.

Pucuk rebung selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Ketiga,jika mencapai puncak tertinggi,tidak boleh sombong dan arogan,sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi. Namun,semangat untuk menjulang tinggi itu justru kontroversi dengan kondisi nyatanya.Popularitas tenun Sambas boleh dibilang redup di antara tenunan dari daerah lain.Bali,Palembang,dan Lombok misalnya.Berbagai persoalan melilit para perajinnya. Soal bahan baku dan pemasaran menganga di depan mata.

”Para perajin sulit mendapatkan pasokan benang tenun katun dan sutra.Mereka juga sulit memasarkan produk mereka,” kata Sjamsidar Isa dari Cita Tenun Indonesia (CTI). Namun,sejak Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Garuda dan CTI masuk ke Sambas dan memberikan pembinaan,pelan-pelan soal tersebut bisa diatasi.CTI terus menjembatani pengadaan benang yang didatangkan dari Bali dan Surabaya.Begitu juga soal pemasaran.Para penenun binaan PKBL Garuda dan CTI ini juga kerap diajak ke Jakarta untuk pameran.

Namun,itu pun belum menyelesaikan masalah.Masih ada masalah besar yang mereka hadapi.Kini beberapa desa yang menjadi sentra tenun sudah mulai kehilangan para penenunnya.Miris memang. Para penenun pun memilih untuk menjadi pekerja tenun di Brunai atau Malaysia. Sjamsidar Isa juga sangat menyayangkan nasib tenun Sambas ini.”Padahal,dulu tenunan Sambas banyak dipasarkan hingga ke Sumatera. Namun,sekarang sebulan belum tentu laku satu kain sehingga banyak penenun daerah ini bekerja menenun di Brunai dan Serawak,Malaysia,” ujar pendiri Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI).

Mereka bekerja dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 22.00,istirahat dua kali,hanya untuk gaji Rp1,8 juta per bulan,” ujar dia.Karena itu,revitalisasi industri tenun rakyat, termasuk melalui produk mode,menjadi amat penting. ”Kami dari CTI dan Garuda masuk ke sini memiliki tujuan yang jelas.Untuk menyelamatkan tenun ini.Kami mengharapkan mereka yang memilih menjadi penenun di negara tetangga untuk pulang kampung.Mari sama-sama kita besarkan tenun Sambas ini,”harap Sjamsidar. wuri hardiastuti

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar