Sejumlah petugas membantu jamaah calon haji (calhaj) lanjut usia saat
mengikuti acara pelepasan di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, kemarin.
Dari 3.078 calhaj DIY, sebanyak 664 orang masuk kategori risiko tinggi
(risti).
JAKARTA– Jamaah dan petugas
kesehatan haji Indonesia diminta mewaspadai penyebaran coronavirus di
Arab Saudi. Virus ini bisa menyebabkan sindrom pernapasan akut berat.
Sebelumnya,
Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengumumkan adanya bentuk baru
coronavirus yang didiagnosis menjangkiti tiga orang. Bahkan, dua di
antara penderita telah meninggal dunia dan satu orang masih menjalani
perawatan di rumah sakit.Jenis virus ini dianggap sebagai salah satu
bentuk common cold. Coronavirus baru menyerupai virus yang menyebabkan
SARS atau penyakit berbahaya yang sempat merebak beberapa tahun lalu.
Selain
di Arab Saudi,kasus lain ditemukan di Qatar.Menteri Agama (Menag)
Suryadharma Ali menegaskan, hingga kini belum ada jamaah haji Indonesia
yang terserang coronavirus. ”Saya minta jamaah haji menjaga kesehatan,
kalau ada yang sakit langsung menghubungi tim kesehatan,” ungkap Menag
usai menerima pemenang lomba sekolah sehat di Jakarta kemarin. Menurut
dia, petugas kesehatan haji di Arab Saudi telah menyediakan balai
kesehatan yang dilengkapi dengan tenaga kesehatan seperti dokter dan
kebutuhan obat-obatan.
Namun, Menag meminta jamaah beserta
keluarga di Tanah Air tidak panik mendengar kabar penyebaran virus
menyerupai SARS itu. ”Kalau ada yang membahayakan kesehatan jamaah,
Pemerintah Arab Saudi dan negara pengirim pasti akan mengambil tindakan
yang tepat, agar kesehatan jamaah tetap terjaga,”ujarnya.
Ketua
Umum DPP PPP memerintahkan petugas kesehatan haji di Arab Saudi lebih
tanggap serta bertindak cepat jika ada jamaah yang terserang virus
mematikan itu. Coronavirus adalah salah satu di antara kelompok virus
RNA (asam ribonukleat). Virus baru tersebut terlihat seperti korona atau
halo bila dilihat di bawah mikroskop elektron. Korona atau halo bisanya
disebabkan serangkaian proyeksi permukaan luar virus. ”Petugas
kesehatan harus cermat memantau kondisi para jamaah,” tegasnya.
Kepala
Bidang Kesehatan Haji di Arab Saudi Azimal Zainal Zein
mengatakan,jamaah tidak perlu cemas terhadap penyebaran coronavirus.
Sebab virus tersebut diperkirakan tidak akan hidup di udara panas.
Coronavirus biasanya terjadi di wilayah tertentu seperti di
Vietnam,namun tidak tertutup kemungkinan virus tersebut masuk ke Arab
Saudi karena dibawa seorang pasien.
Salah satu cara yang harus
dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran coronavirus antara lain
menjaga asupan gizi, mengonsumsi vitamin, serta istirahat yang cukup.
”Hal itu diperlukan,sebab jamaah haji rentan kelelahan usai menjalankan
ritual haji, sehingga berpotensi menurunkan daya tahan tubuh,”tuturnya.
Peringatan
Kementerian Kesehatan Saudi soal coronavirus memang patut diwaspadai.
Namun, Azimal Zainal Zein, Kepala Bidang Kesehatan Haji di Arab
Saudi,mengimbau agar penyebaran virus ini tidak perlu terlalu
dicemaskan. ”Saya perkirakan virus ini tidak akan hidup di udara
panas,’’ ujar Azimal, kemarin.
Azimal mengungkapkan, virus ini
biasanya terjadi di wilayah tertentu saja seperti Vietnam. Ada
kemungkinan, ujarnya, virus itu terbawa oleh sang pasien masuk ke Saudi.
Untuk mengantisipasi virus ini,Azimal mengatakan lebih baik untuk
menjaga agar asupan gizi tetap baik mengonsumsi vitamin, serta istirahat
yang cukup. Ini karena para jamaah juga rawan mengalami kelelahan yang
berpotensi menurunkan daya tahan tubuh.
Tak ketinggalan,
penyakit mag karena seringkali makan tak teratur. Sedangkan saat musim
dingin, biasanya mereka juga mengalami rematik dan hipertensi. Di sisi
lain,menyusul kedatangan jamaah yang terus bertambah, jumlah pasien yang
dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah juga makin
banyak.
Menurut dokter Tjetjep Ali Akbar, Kasie Kesehatan Daerah
Kerja Madinah, ada sekitar 15 orang yang menjalani perawatan dan enam
di antaranya telah dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi. ”Ada yang sudah
pulang, ada juga yang masih dirawat,’’ ujar Tjetjep. Sedangkan penyakit
meningitis perlu diwaspadai.
Biasanya dibawa oleh jamaah dari
Afrika, penyakit ini terbilang bisa menular lewat bersin sehingga
dianjurkan untuk mengenakan masker. Namun, kalau sudah menjalani vaksin
meningitis biasanya lebih kebal terhadap penyakit.Terlebih masa efektif
vaksin tersebut mencapai dua tahun meski ada waktu seminggu setelah
penyuntikan sebelum akhirnya vaksin itu dapat optimal bekerja.
644 Calhaj DIY Kategori Risti
Calhaj
dari DIY yang masuk kategori risiko tinggi (Risti) karena faktor usia
mencapai 664 orang. Dari jumlah tersebut, dua orang di antaranya sudah
memasuki usia di atas 90 tahun. Batasan umur risiko tinggi adalah
berusia lebih dari 61 tahun. ”Jumlah jamaahnya ada 3.078, yang masuk
katagori risti ada 644 orang,” ujar Kepala Sub Bagian Hukum dan Humas
Kanwil Kemenag DIY HM Lutfie Hamid di sela-sela acara pamitan calon
jamaah haji DIY kepada Gubernur DIY Sri Sultan HB X,kemarin.
Selain
usia, petugas pendampingan calon haji juga mewaspadai faktor kesehatan.
Penyakit yang mendapatkan perhatian khusus di antaranya
diabetes,hipertensi dan jantung. Seperti pada pengawasan yang dilakukan
setiap tahun, setiap kelompok calon haji nantinya akan disertai dokter.
Pelayanan
dilakukan dengan sistem jemput bola. ”Sehari dua kali petugas dan
dokter akan mendatangi mereka yang masuk risiko ini selain memeriksa
juga mewawancara langsung menanyakan keluhan dari jamaah,” tambah
Lutfie. andi setiawan/ maha deva
0 komentar:
Posting Komentar