Calon gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menumpang becak bersama seorang
warga menuju rumah dinas wali kota Solo di Loji Gandrung, Solo, kemarin,
dengan diarak puluhan pendukungnya. Sehari setelah pemungutan suara
putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, Jokowi memilih beristirahat di
kampung halaman.
JAKARTA– Para tokoh nasional
memuji pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2012. Sikap Fauzi Bowo yang
menerima kekalahan dan respons Joko Widodo yang meminta maaf merupakan
contoh kedewasaan berdemokrasi.
“Terlepas siapa yang menang dan
kalah, Pilkada DKI Jakarta berakhir sangat baik.Saat kampanye dan
tahapan-tahapan pilkada ramai hiruk-pikuk pertarungan dua kandidat,
tetapi setelah hasil akhir diketahui,semua menerima dan saling
menghargai,” ujar tokoh Muhammadiyah Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif di
Jakarta kemarin. Para kandidat dinilai tak hanya siap menang dan siap
kalah, tetapi lebih maju lagi, yakni mampu menunjukkan kesiapan itu
dalam bentuk tindakan nyata.
Sikap incumbent Fauzi Bowo yang
menerima hasil hitung cepat (quick count) pilkada patut diapresiasi.
“Semoga saja cara menerima hasil di Pilkada DKI ini bisa ditiru daerah
lain,”ungkapnya. Seperti diberitakan,pasangan calon gubernur-calon wakil
gubernur (cagub-cawagub) Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama
(Jokowi-Ahok) dipastikan menjadi pemimpin baru Ibu Kota. Hasil quick
count yang dilansir sejumlah lembaga survei menunjukkan perolehan suara
Jokowi-Ahok unggul lebih dari 5% atas pesaingnya,incumbent Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara).
Yang menarik, ketika quick
count yang digelar sejumlah lembagasurveimendekati90%, Foke menelepon
Jokowi dan memberikanucapanselamat. Dia berpesan agar Jokowi dapat
menjaga amanah yang telah diberikan rakyat Jakarta. Ucapan selamat Foke
ini langsung dijawab Jokowi dengan menyampaikan permintaan maaf. Selain
itu, Jokowi juga meminta Foke agar membantu dirinya dalam memimpin
Jakarta ke depan. Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi menilai sikap
kesatria yang ditunjukkan Foke sangat bagus.
Sikap ini tak hanya
menunjukkan kedewasaan berpolitik Foke, melainkan juga mampu membuat
massa pendukung dan tim suksesnya lebih tenang dan berbesar hati
menerima kekalahan. “Sikap saling menghormati semacam ini adalah budaya
sejati yang memang sudah dimiliki bangsa Indonesia,” terangnya. Hasyim
mengingatkan, demokrasi yang diejawantahkan dalam pilkada sejatinya
hanyalah proses.
Dalam proses ini perlu ada kematangan dan
kedewasaan masyarakat sebagai pemilik hajat demokrasi serta para
kandidat dan tim sukses yang menjadi pemain dalam demokrasi itu. Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat
mengatakan,Pilkada DKI yang berakhir dengan damai dan rukun tentunya
patut dibanggakan. Sebab hal ini menunjukkan bahwa kematangan
berdemokrasi di Indonesia memang sudah meningkat. Bahkan dunia akan
menyaksikan perjalanan demokrasi di Indonesia semakin maju lantaran
Pilkada DKI merupakan barometer demokrasi di Indonesia.
Menteri
Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto
juga mengapresiasi kedua pasangan kandidat. Dia mengaku salut kepada
pasangan Foke-Nara yang dengan tulus telah memberikan teladan dalam
menyikapi hasil pilkada. “Kami juga mengucapkan selamat kepada Pak
Jokowi dan Pak Basuki,”ujarnya. Pengamat politik dari Lembaga Studi dan
Pengembangan Etika Usaha (LSPEU) Indonesia Fachri Ali menilai sikap Foke
dan Jokowi sangat elegan. Pihak yang kalah maupun yang menang seolah
melupakan persaingan sengit yang berlangsung di antara keduanya selama
tahapan pilkada.
“Sangat bagus dan dapat menjadi tontonan yang
baik dan positif bagi para politikus lain dan masyarakat,”ujarnya.
Fachri berpandangan,sikap kedua kandidat penting dilakukan guna meredam
gesekangesekan yang pernah terjadi di antara keduanya.Langkah tersebut
bisa mencegah konflik horizontal di antara pendukung kedua belah
pihak.“Tentunya ini dapat menjadi model pelaksanaan pilkada yang aman,
damai, tenang untuk daerah lain,”tuturnya.
Benahi Jakarta
Sementara
itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta Jokowi untuk
serius membenahi Jakarta yang memiliki permasalahan kompleks. Presiden
meminta Jokowi untuk tidak ragu mengambil keputusan penting selaku
gubernur DKI Jakarta. “Kita tahu kompleksitas Jakarta sangat banyak.
Dengan demikian bila Pak Jokowi menjadi gubernur DKI yang baru, maka
harus maksimal dalam menjalankan tugasnya,” ujar Presiden SBY seperti
disampaikan Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha.
Kepada
SINDO Julian mengatakan, Presiden menghubungi Jokowi pada Kamis (20/9)
malam setelah hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei
memenangkan pasangan Jokowi-Ahok. Presiden menelepon Jokowi setelah
menelepon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dari kediaman pribadinya, Puri
Cikeas Bogor. ● mohammad sahlan/ fefy dwi haryanto/rarasati
syarief/dian ramdhani
0 komentar:
Posting Komentar