Kasat Intelkam Polresta Medan Kompol Ahyan (baju hitam dan bertopi) ikut
memukuli seorang demonstran di depan Kantor Gubernur Sumut Jalan
Pangeran Diponegoro Medan, Senin (24/9).
MEDAN– Ribuan massa yang berunjuk
rasa memperingati Hari Tani Nasional ke-52 di depan Kantor Gubernur
Sumatera Utara (Sumut), Selasa (24/9) terlibat bentrokan dengan polisi.
11
pengunjuk rasa pun babak belur dan dilarikan ke rumah sakit. Hampir
seluruh korban pingsan saat dibawa ke rumah sakit. Mereka terkena
tendangan dan pukulan petugas kepolisian yang secara beringas menghalau
massa.Bahkan, hingga tadi malam sekitar pukul 23.00 WIB, masih ada
korban yang belum sadarkan diri, yakni Hermansyah, 40,warga Pasar IV
Helvetia.
Dia menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit (RS)
Sinar Husni Jalan Veteran Gang Utama Pasar V Helvetia, akibat terkena
pukulan di bagian pelipis dan bahu. Begitu juga dengan Irwansyah
Batubara, 39; dan Ogek Hutagalung,40,warga Pasar IV Helvetia. Keduanya
pingsan karena terkena pukulan di bagian wajah, bahkan Irwansyah
tercebur ke selokan di depan kantor gubernur.
Sedangkan Serep
Manalu, 35, dirawat di RS Elisabeth Jalan H Misbah akibat terkena
pukulan di wajah hingga hidungnya mengeluarkan darah.Korban lainnya
dirawat di RS Malahayati Jalan Pangeran Diponegoro, yakni Tina Hutagaol,
29; Megawati,41; Selvina,17; warga Jalan Selambo,Medan Amplas; Ruth
Sitompul, 28; Pardamean Sitanggang, 27, warga Jalan Marendan; M
Hamendu,42; dan Agus M Butar-butar,30.
Koordinator Komite Tani
Menggugat (KTM) Johan Merdeka mengklaim sedikitnya 30 pengunjuk rasa
mengalami luka memar akibat pukulan dan tendangan polisi. Saat ini
mereka masih mendata siapa saja korban yang terluka.“Kami belum tahu
kondisi terakhir mereka. Belum boleh masuk,” katanya kepada SINDO.
Sementara,
korban dari polisi juga berjatuhan. Setidaknya ada enam polisi,seorang
di antaranya polwan terluka dan dirawat di Rumah Sakit Permata Bunda
Jalan Sisingamangaraja. Polwan tersebut juga tercebur ke parit saat
dorong-dorongan dengan massa. Bentrokan pecah saat ribuan massa dari KTM
memaksa masuk ke dalam halaman Kantor Gubernur Sumut sekitar pukul
17.00.
Massa yang sudah berdemonstrasi sejak pukul 13.00
langsung dihadang barikade ratusan polisi anti huruhara. Seketika mobil
water cannon menyemprotkan air ke arah pengunjuk rasa hingga barisan
massa kocar-kacir. Sejumlah polisi,baik yang berpakaian sipil maupun
berseragam langsung mengepung pengunjuk rasa.Dengan membabi buta polisi
menendang dan memukul pengunjuk rasa perempuan dan pria.
Kepala
Satuan (Kasat) Intelkam Kepolisian Resor Kota (Polresta) Medan Komisaris
Polisi (Kompol) Ahyan sempat tertangkap kamera memukuli seorang
demonstran.Beberapa bagian tubuh pria yang ditangkap tersebut tampak
lebam dan memerah karena diseret beberapa polisi berpakaian sipil. Baju
pria tersebut juga sobek. Kericuhan mereda saat adanya informasi
Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho bersedia menemui
beberapa perwakilan pengunjuk rasa sore itu di ruang kerjanya.
Massa
pun akhirnya mengirimkan utusan dan sebagian masih tetap bertahan di
tengah jalan. Dari pantauan wartawan potensi bentrokan sudah terlihat
ketika siang. Ratusan polisi sejak awal sudah siaga dengan dua unit
mobil Baracuda, satu unit mobil water cannon, satu unit mobil pemadam
kebakaran (damkar), dan puluhan sepeda motor yang digunakan polisi anti
huru hara, siaga di halaman depan kantor gubernur.
Pagar kawat
berduri sudah terpasang mengelilingi kantor gubernur sejak pagi. Saat
menerima perwakilan pengunjuk rasa,Gatot Pujo Nugroho menjelaskan,bahwa
persoalan tanah di Sumut sudah menjadi prioritas mereka untuk
dituntaskan.Hanya permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan sendiri
oleh Pemprov Sumut. Beberapa tuntutan petani seperti sengketa lahan
kewenangannya justru ada di Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Dalam
beberapa kali kesempatan, dia sudah menyampaikan langsung kepada Kepala
BPN Hendarman Supandji agar dapat turun langsung ke Sumut untuk
membantu menyelesaikannya. Sedangkan masalah izin mendirikan bangunan
(IMB) yang menjadi salah satu tuntutan pengunjuk rasa, menurut dia,
kewenangan bukan di provinsi, melainkan di kabupaten/ kota. Karena
itu,Pemprov Sumut tidak bisa hanya sendiri menyelesaikannya.
Selain
itu, Gatot meminta Kapolresta Medan Kombes Pol Monang Situmorang yang
mendampinginya, untuk tidak menahan pengunjuk rasa yang sebelumnya telah
diamankan. Sedangkan demonstran yang dirawat di rumah sakit akan
ditanggun Pemprov Sumut biaya perobatannya.Perwakilan pengunjuk rasa pun
menerima.
Gatot kemudian turun langsung menjumpai massa di
jalan dan menerima petisi tuntutan petani terkait konflik agraria di
Sumut. Petisi tuntutan petani tersebut diserahkan langsung Koordinator
KTM Johan Merdeka kepada Gatot dan disambut tepuk tangan dari ribuan
demonstran yang masih bertahan di jalan. Gatot berjanji akan membawa
membahas tuntutan petani tersebut ke dalam rapat Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah (FKPD) Sumut. Massa pun akhirnya membubarkan diri saat
azan Magrib berkumandang.
Sementara jalanan yang sebelumnya
macet hingga delapan jam berangsur terurai dan kembali normal. Unjuk
rasa juga dilakukan Forum Rakyat Bersatu(FRB) Sumut yang membawa masa
sekitar 200 orang sekitar pukul 11.00 WIB. Mereka langsung memblokade
Jalan Pangeran Diponegoro.
“Kami menagih janji gubernur untuk
segera menyelesaikan konflik lahan dan mewujudkan reformasi agraria
dengan mengembalikan tanah untuk petani,”kata Ketua Umum DPP FRB Sumut
Rabu Alam Syahputra dalam orasinya. Akibat demontrasi tersebut kemacetan
lalu lintas terjadi di beberapa ruas jalan.Polisi pun merekayasa lalu
lintas untuk melancarkannya. m rinaldi khair, panggabean hasibuan,
fakrurrozi, siti amelia, reza shahab
0 komentar:
Posting Komentar