Herly Yulianti bersama anak keduanya, Aldi, tak kuasa menahan tangis di
rumah duka.(foto kanan) Foto keluarga korban semasa hidup. Mayang
(kanan), Rezi (tengah) dan Aldi (kiri).(foto kiri)
PALEMBANG– Kakak beradik, Mayang
Dianti, 11, dan Rezi Triansyah, 3, ditemukan tewas membusuk dengan
kondisi tubuh penuh luka. Diduga keduanya korban penculikan dan
perampokan yang disertai pembunuhan. Warga Jalan Suka Senang Ujung,RT
06/02,Kelurahan Sukarami, Kecamatan Sukarami, Palembang, kemarin sekitar
pukul 09.00 WIB dihebohkan oleh penemuan mayat dua bersaudara Mayang
Dianti,siswi kelas 6 sekolah dasar negeri (SDN) 151 Palembang, dan
adiknya, Rezi Triansyah.
Saat ditemukan kondisi kedua mayat masih
mengenakan busana lengkap dengan posisi berdekatan. Nurela,nenek
korban,mengungkapkan, dua cucunya menghilangsejakJumat( 21/9) sekitar
pukul 13.00 WIB.“Waktu baru pulangdarisekolah,Mayangizin sama ibunya mau
menjemput adik keduanya,Aldi,yang kelas tiga ke sekolah SDN 151. Dia
mengajak adik ketiganya Rezi (korban) menggunakan sepeda motor Honda
Scoopy baru tanpa pelat nomor,” ungkapnya di tempat kejadian perkara
(TKP) kemarin.
Setelah ditunggu sampai pukul 13.00 WIB kedua
cucunya tak kunjung pulang.“Kami tunggu pukul 5 sore,keduanya tak juga
pulang. Kami sekeluarga pun panik. Sampai akhirnya kami lapor ke polisi.
Namun hari itu juga belum ada tanda-tanda di mana mereka
berada,”tuturnya. Puncaknya pada Minggu (23/9), sang kakek, Mustari
mendapatkan beberapa kali pesan singkat (SMS) melalui ponsel dari nomor
yang tidak dikenal.
”Isinya berbunyi, Bu Ela,ada dua mayat
wanita kecil di bawah rumpun bambu di ujung jalan dekat Simpang
TigaTembus.Cepat ditemukan nanti disingkirkan pembunuhnya. Itu SMS
terakhir si pengirim, Minggu sekitar pukul 12.00 WIB. Mendapat SMS
berulang kali itu kami keluarga besar langsung melakukan pencarian. Dari
sekitar rumah sampai meminta bantuan orang pintar,”katanya.
Sampai
akhirnya Selasa (25/9), sekitar pukul 09.00 WIB, kakek bersama dua
keponakannya secara tak sengaja menemukan korban di belakang Hotel
Mentari, dekat kebun bambu, Jalan Suka Senang Ujung. “Saat ditemukan
kondisi mereka sangat mengenaskan,” ujar Nurela. Kapoksekta Sukarami
Palembang, Kompol Imam Tarmudi, menduga kedua jenazah ini sebagai korban
penculikan dan perampokan yang disertai pembunuhan.
“Tadi
(kemarin) sudah dievakuasi oleh Tim Identifikasi Polresta Palembang
untuk dibawa ke kamar jenazah RSMH Palembang untuk divisum.Dugaan
sementara, korban dirampok lalu dibunuh. Karena motor korban hilang.Apa
pun informasi yang kami dapat di lapangan maupun TKP akan dikembangkan
guna mengungkap pelakunya. Kami juga sudah mengecek salah satu rumah
yang diduga pelakunya, namun sudah kosong dan ada tulisan dijual di
depannya,” papar Imam di lokasi kejadian kemarin.
Dokter
forensik kamar jenazah RSMH Palembang, Dr Binsar Silalahi,
mengungkapkan, korban diduga sebelum dihabisi terlebih dulu dipukul
dengan benda tumpul. ”Kalau kakak perempuannya diduga dipukul dengan
kayu di punggung belakang.Adiknya dipukul di bagian kepala. Dari hasil
pemeriksaan sementara,tulang punggung belakang wanita retak, sedangkan
korban yang kecil tulang kepalanya remuk. Diperkirakan korban sudah lima
hari lalu meninggal,”ujarnya.
Setelah divisum dan dimandikan di
kamar jenazah RSMH Palembang, selanjutnya dua jenazah ini dibawa ke
rumah duka di Perumahan Nuansa Dago Blok A3, Sukarami, Palembang.
Kemudian pihak keluarga dan warga setempat mendirikan salat untuk korban
di masjid terdekat.Tak lama kemudian kedua korban dimakamkan di Tempat
Pemakam Umum (TPU) Sukarela dalam satu liang kubur dengan dua nisan nama
mereka.
Pelaku Diduga Kerabat Dekat Kesedihan
sangat terasa di rumah duka di Perumahan Nuansa Dago Blok A3, Sukarami,
Palembang. Herly Yulianti, ibunda bagi Mayang dan Rezi, tak henti-henti
meneteskan airmata saat menceritakan pertemuan terakhirnya dengan kedua
anaknya. “Mayang sayang sekali kepada kedua adiknya. Sampai-sampai baru
balik sekolah, Jumat (21/9) sekitar pukul 12.30 WIB, dia pamitan mau
menjemput Aldi ke SDN 151 dengan motor baru kami, Honda Scoopy.
Dia
mengajak adiknya paling kecil,Rezi.Saya izinkan dengan pesan terakhir
hati-hati di jalan,”kenang Yuli di rumah duka kemarin. Setelah ditunggu
sampai pukul 13.00 Mayang dan Rezi tak kunjung pulang, sampai adik
keduanya, Aldi, justru sudah pulang sekolah lebih dulu.” Saya cari ke
rumah temantemannya, rumah keluarga, tapi Mayang dan Rezi enggak
ada,”keluhnya.
Yuli menaruh curiga kepada adik kandung suaminya
yang bernama Fauzan. Sebab sebelum korban mengantarkan adiknya pergi
sekolah sekitar pukul 12.00 WIB Fauzan sempat berkunjung ke rumahnya.
“Dia main ke rumah. Mayang bilang sama saya ada orang di depan
rumah.Lalu Aldi mengecek, ternyata Fauzan yang datang,”paparnya.
Kemudian dia menyuruh Fauzan masuk ke ruang tamu dan menanyakan ada
keperluan apa.
”Fauzan bertanya mana Zam (suami). Saya bilang
lagi pergi karena ada kerjaan. Kemudian Fauzan menjawab, ada keluarga
meninggal dan sampaikan pada suami saya kalau mau melayat bareng saja.
Lalu Fauzan cerita masalah kerjaannya di perusahaan kusen kayu.
Selanjutnya dia berpesan agar anak saya hati-hati bergaul karena saat
ini banyak kejadian kasus pemerkosaan dan pembunuhan,”paparnya. Setelah
mengobrol beberapa menit Fauzan pamit pulang.
Namun,sekitar 10
menit kemudian Fauzan datang kembali bersama temannya yang hanya
menunggu di luar dengan motor.” Fauzan menemui saya lagi dan bilang mau
pinjam uang Rp100.000 buat membetulkan mobilnya yang rusak. Saya bilang
sama Fauzan, nanti saja tunggu kakak (Zam) pulang. Karena tidak diberi
pinjaman, Fauzan langsung pergi bersama temannya yang tidak saya
kenal,”ujarnya. Kecurigaannya itu sangat beralasan karena keberadaan
Fauzan sampai saat ini tidak diketahui oleh keluarga besar.
Mayang Anak yang Pintar Duka
mendalam tidak hanya dirasakan keluarga besar korban, tetapi juga guru
dan siswa SDN 151 Palembang, Kelurahan Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami,
Palembang. Wali kelas 6 C SDN 151 Palembang, Yulida,menuturkan Mayang
merupakan siswa pintar, ramah,dan pandai bergaul dengan teman sekolah.
”Mayang sekolah di SDN 151 Palembang sejak kelas satu sampai sekarang
kelas 6. Mayang selalu masuk 10 besar setiap pengumuman kenaikan kelas,”
tuturnya.
Saat Mayang dikabarkan menghilang dan dinyatakan
meninggal, pihak sekolah langsung meluncur ke lokasi kejadian dan rumah
duka. ”Tega sekali pembunuh itu. Mayang dan adiknya masih kecil dan kami
prihatin dengan kasus ini. Kami berharap pelakunya segera ditangkap
polisi,” tuturnya. Ani, teman korban, mengaku sangat kehilangan sosok
Mayang yang dikenalnya ramah dan suka menolong. ”Kami sangat kehilangan
Mayang. Dia anaknya asyik diajak bercanda dan bercerita. Mayang juga
tidak pelit membantu teman saat mengerjakan tugas sekolah,”katanya.
ade satia pratama