TOKYO — Toyota Motor Corp
mengumumkan bakal menarik (recall) produk kendaraannya sebanyak 7,4 juta
unit di seluruh dunia.Penarikan ini dilakukan setelah ditemukan masalah
listrik pada tombol pemutar jendela yang berpotensi memicu kebakaran.
To y o t a menuturkan penarikan itu berlaku
terhadap model Camry, Corolla, Yaris, Matrix, RAV4, Highlander, Tundra,
Sequoia,dan Scion yang diproduksipadakurunJuli2005— Mei 2010 yang
dijual di Jepang, Amerika Utara, Eropa, China, TimurTengah,dan Oseania.
“Ada masalah pada tenaga listrik tombol pemutar jendela pengemudi yang
bisa menyebabkan malafungsi,” papar juru bicara Toyota kepada AFP.
“Ada
kekhawatiran lain bahwa lubrikan yang digunakan untuk memperhalus
gerakan perputaran jendela itu bisa menyebabkannya terkikis.”
Setidaknya,ada sekitar 2,47 juta kendaraan akan ditarik dari Amerika
Serikat (AS) dengan sedikitnya ada satu kasus ketika asap muncul dari
jendela. “Kami tak bisa menunjukkan apa penyebabnya dan tidak ada
laporan terjadinya kebakaran,” papar juru bicara itu. Selain itu, 2,8
juta mobil lainnya juga akan ditarik dari Eropa dan China,sementara
sisanya muncul dari seluruh dunia, termasuk Jepang,Kanada, Australia,dan
Timur Tengah.
Menurut pabrikan automotif terbesar di dunia asal
Jepang itu, perbaikan mobil yang ditarik akan memakan waktu sekitar 40
menit.“Proses perbaikan (listrik tombol pemutar jendela) bukanlah
sesuatu yang sulit,”papar juru bicara Toyota Monika Saito kepada
Reuters. Dia menambahkan, perbaikan itu termasuk menambahkan minyak
antipanas ke tombol itu atau menukarnya.
Toyota akan memperbaiki
sekitar 459.300 kendaraan di Jepang, termasuk model Vitz, yang
diproduksi 2006–2008. Perusahaan itu juga menarik 650.000 kendaraan di
Australia dan Asia, 490.000 di Timur Dekat dan Timur Tengah, 240.000 di
Kanada, dan 330.000 dari lokasi lain. Kendaraan yang ditarik di luar
Jepang termasuk beberapa model Yaris,Vios, Corolla, Matrix, Auris,
Camry, RAV4, Highlander,Tundra, Sequioa, xB dan xD yang diproduksi
antara 2005 hingga 2010.
Menurut Saito,belum ada laporan cedera
atau kematian akibat masalah pada produk mobil tersebut meski ada
kemungkinan bahwa malafungsi tombol bisa memicu munculnya asap.
Sementara kepada TheWashingtonPost, jurubicara ToyotaJoichi Tachikawa
menuturkan, ada lebih dari 200 masalah dilaporkan di AS dan jumlah lebih
kecil dilaporkan dari tempat lain,termasuk 39 kasus di Jepang.
Toyota
menolak menyebutkan berapa jumlah kerugian yang akan mereka tanggung
akibat penarikan itu atau dampak apa yang bakal mereka hadapi dalam hal
pendapatan di masa depan. Tapi,Koichi Sugimoto, analis senior di BNP
Paribas Securities di Tokyo,memperkirakan penarikan itu akan memakan
biaya setidaknya 10 miliar yen (Rp1,2 triliun).
Tahun lalu,Toyota
mengaku menelan kerugian setidaknya 170 miliar–180 miliar yen ketika
melakukan penarikan produk atas masalah pedal akselerator,keset lantai,
dan rem Prius model ABS yang terjadi pada 2010. “Tentu saja, 7 juta
kendaraan itu angka yang besar.Tapi, mungkin tak akan seperti yang
terakhir kali ketika pelanggan di Amerika Serikat menghindari membeli
mobil Toyota. Ini sepertinya skala yang benarbenar berbeda,”ujar dia.
Toyota
mengaku mengetahui masalah pada tombol jendela itu pada September 2008
dalam sebuah insiden di AS.Tapi, waktu itu, mereka belum bisa menentukan
penyebabnya sampai sekarang. Penarikan itu tidak akan memengaruhi
produk yang dikeluarkan setelah 2010 karena adanya perubahan proses
produksi yang tak terkait pada penyidikan internal.
Penarikan
ini adalah tamparan terakhir atas reputasi keselamatan bagus yang
dimiliki Toyota. Pabrikan yang pernah dipuji atas standar keselamatannya
ini dipaksa melakukan kontrol kerusakan dalam beberapa tahun terakhir
setelah menarik jutaan kendaraan karena adanya masalah. Penarikan itu
adalah penarikan tunggal terbesar setelah Ford menarik 8 juta kendaraan
produksinya pada 1996 untuk mengganti tombol starter rusak yang bisa
menyebabkan kebakaran mesin.
Sebenarnya,Toyota sedang berusaha
pulih dari serangkaian kesulitan sejak 2008,termasuk sejumlah penarikan
yang melibatkan lebih dari 10 juta produk mobilnya dalam kurun 2009–2011
dan menghadapi masalah rantai suplai akibat gempa bumi dan tsunami di
Jepang serta banjir di Thailand. Perusahaan ini mencatatkan laba operasi
caturwulan terbesarnya dalam empat tahun pada April–Juni.
Baru-baru
ini,Toyota—dan merek Jepang lainnya—melihat penjualannya menurun di
China—pasar mobil terbesar di dunia—akibat protes atas sengketa wilayah
Jepang dan China.Toyota mengumumkan penjualan mereka di China jatuh
menjadi 48,9% year-on-year pada September. Penjualan di China mencapai
12% dari total penjualan produk mereka.
Sementara, dua bulan
lalu, mereka menambahkan dua model atas penarikan 2009 yang diluncurkan
setelah keset lantai terjebak di bawah akselerator dan dikaitkan pada
kecelakaan yang diduga menyebabkan puluhan kematian. Menurut
penyelidikan Kongres AS,Toyota salah menangani masalah awal dan masalah
itu menyebabkan penarikan lebih dari 12 juta kendaraan di seluruh dunia
dengan lebih dari USD50 juta denda dari regulator AS dan permintaan maaf
secara terbuka dari bos perusahaan itu.
Sejak saat itu, Toyota
berusaha keras meraih kembali reputasinya atas standar keselamatan,
sementara pada saat yang sama menderita dampak krisis ekonomi yang
selain berasal dari tsunami, juga dari menguatnya nilai yen. Toyota
kembali merebut mahkota sebagai pabrikan mobil terlaris di dunia pada
semester pertama tahun ini dari General Motors dan berharap mampu
menjual 9,76 juta unit mobil dan truk kecil secara global, termasuk
merek Daihatsu dan Hino.
Sementara itu, PT Toyota Astra Motor
(TAM) sebagai agen pemegang merek Toyota di Indonesia belum mau
berkomentar. General Manager Corporate Planning dan Public Relation PT
TAM Widyawati Soedigdo saat dimintai konfirmasi atas recall oleh Toyota
Motor Corp mengungkapkan, manajemen TAM akan memberikan keterangan hari
ini.
“Besok (hari ini) Direktur Pemasaran akan menjelaskan
perihal tersebut,” ujarnya. Belum bisa dipastikan apakah mobil-mobil
Toyota yang dipasarkan di Indonesia masuk dalam daftar recall tersebut.
Pengamat automotif Soehari Sargo saat dihubungi tadi malam
mengungkapkan, recall yang dilakukan Toyota Motor Corp untuk produknya
di pasar global merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan tersebut.
“Ini justru mereka (Toyota) ingin menjaga citra di mata
konsumennya,”tegas dia.
Menurut Soehari, kerusakan komponen
mobil salah satunya bisa disebabkan kondisi di tiap-tiap negara.
“Kondisi di tiap-tiap negara berbeda. Ini juga berpengaruh,” sebutnya.
Soehari mengatakan,recall bukan merupakan hal yang tabu bagi produsen
mobil. Karena dengan melakukan recall, produsen bertanggung jawab atas
produk yang dijualnya. alvin/ chindya citra/anton c